Edukasi tentang Bahan Tambahan Makanan Berbahaya pada jajanan dan makanan instan kepada Masyarakat Kota di Karangasem Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta#

Susi Ari Kristina., S.Farm., M.Kes.*, Yuli Nurul Laili Efendi’, Freeda J. Nasifash”, Khafidoh Kurniasih^, Rakhmi Amalia Nst’

# Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdiaan Masyarakat Didanai DIKTI 2010
* Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM
’ Farmasi Bahan Alam Fakultas Farmasi UGM
” Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi UGM
^ Farmasi Sains dan Industri Fakultas Farmasi UGM

A. LATAR BELAKANG
Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Konsumsi makanan jajanan di masyarakat terus meningkat karena makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat.
Data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Selain itu, kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5% energi dan 4,2% protein.
Akibat kemajuan teknologi pangan dewasa ini, tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis karena semakin sibuk sehingga tidak sempat memasak, dan terjaminnya kebutuhan berbagai jenis makanan dalam jumlah besar sepanjang tahun tanpa menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi, semua hal tersebut mendorong produksi dan penggunaan bahan tambahan makanan (BTM).
Penggunaan BTM tidak hanya dimanfaatkan oleh industri pangan saja, tetapi juga oleh ibu rumah tangga dengan berbagai alasan dan tujuan. Dari hasil survey dilaporkan bahwa ibu-ibu yang tinggal di wilayah kumuh lebih banyak menggunakan penyedap rasa (MSG) dan pemanis buatan (gula biang), sedangkan bahan pengembang dan bahan untuk perbaikan teskstur seperti pengempuk, perenyah, dan lain sebagainya lebih banyak digunakan ibu-ibu di wilayah menengah. Sedangkan bahan pewarna dan pengawet sering digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga dikedua wilayah tersebut (Winarno dan Rahayu, 1994).
Penelitian LKJ menunjukkan setidaknya terdapat 47 produk makanan anak-anak yang mengandung bahan pemanis dan pewarna buatan yang berbahaya dan beberapa di antaranya merupakan jajajan produk merek terkenal. Pemanis tiruan yang dibubuhkan antara lain aspartame, siklamat, dan sakarin. Sedangkan pewarna yang sering dipakai adalah rhodamin B dan kuning metanil (Lembaga Konsumen Jakarta, 2005).
Pengamatan secara kualitatif terhadap jenis pemanis makanan jajanan menunjukkan bahwa pemanis yang digunakan pada sebagian besar makanan jajanan adalah campuran pemanis sintetis sakarin dan siklamat. Pemanis sakarin dan siklamat tersebut terdapat pada berbagai jenis makanan jajanan. Sedangkan untuk pemanis jenis dulcin tidak ada karena di Indonesia sudah dilarang beredar berdasarkan Permenkes No 722/MenKes/Per/IX/1988 (Depkes RI, 2007).
Di Yogyakarta sendiri, dari semua jajanan yang ada, 40-50% mengandung pemanis buatan dari jenis sakarine dan siklamat, serta 50% mengandung pewarna sintesis (Anonima, 2008).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pewarna yang digunakan pada makanan jajanan tidak mengandung pewarna sintetis yang berbahaya menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988).
Walaupun pewarna tersebut diizinkan tetapi penggunaannya hendaknya dibatasi. Penggunaan tartrazine menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada anak. Erythrosine menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada otak dan perilaku. Fast Green FCF menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor. Sunset Yellow menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, dan gangguan pencernaan. Sedangkan rhodamin B bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Konsumsi Rhodamin B dalam jangka waktu lama mengakibatkan akumulasi dalam tubuh dan terjadi penumpukan lemak. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian (Anonimb, 2007).
Berdasarkan penelitian Stevenson di Inggris pada 300 anak berusia 3-9 tahun, penggunaan zat warna c(warna kuning), ponceau 4R (warna merah), tdan tambahan lain seperti sodium benzoat menimbulkan efek merugikan dalam tubuh, salah satunya hiperaktivitas anak (Anonimc, 2008).
Secara umum, pemanis dan pewarna tersebut bisa menimbulkan alergi seperti batuk, tenggorokan sensitif, dan yang paling parah adalah gangguan sirkulasi darah. Anak-anak yang sensitif terhadap fenilalanin dalam aspartame akan mengalami hiperaktif atau cacat mental. Sementara ini, percobaan konsumsi siklamat dan sakarin untuk binatang menyebabkan kanker kandung kemih. Sedangkan aspartame di laboratorium Ramajimie Foundation di Bologna Italia terbukti menimbukan kanker pada tikus percobaan. Jika pada binatang percobaan saja berbahaya, pada manusia juga tentu berbahaya (Nurhasan, 2006).
Oleh karena banyak munculnya berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh konsumsi makanan yang dicampur dengan bahan tambahan makanan terutama BTM sintetis, maka perlu dilakukan sosialisasi yang lebih masif kepada masyarakat tentang bahan tambahan makanan tersebut.
Lokasi edukasi bahan tambahan makanan ini di lakukan di Kabupaten Sleman. Dipilih Masyarakat desa Karangasem Kecamatan Depok. Pemilihan masyarakat ini berdasarkan letak daerah yang sangat mudah diakses oleh berbagai transportasi sehingga pendistribusian berbagai bahan makanan sangat mudah dilakukan, termasuk makanan-makanan instan dan jajanan yang kemungkinan besar mengandung bahan tambahan makanan. Selain itu, sebagian besar masyarakat yang tinggal di desa Karangasem ini mempunyai mobilitas tinggi sehingga dimungkinkan konsumsi makanan instan juga tinggi karena tidak sempat memasak makanan sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan edukasi tentang bahan tambahan pangan berbahaya terhadap masyarakat kota di desa Karangasem kabupaten Sleman provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta agar masyarakat terhindar dari bahaya bahan tambahan pangan berbahaya tersebut.

3 thoughts on “Edukasi tentang Bahan Tambahan Makanan Berbahaya pada jajanan dan makanan instan kepada Masyarakat Kota di Karangasem Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta#

  1. Assalamualaikum.wr.wb.
    Salam kenal mbak, saya Ainun, mahasiswi Farmasi UAD sedang melakukan penelitian antifungi terhadap candida albicans. Saya menemukan jurnal atas nama mbak Yuli Nurul L.E. Boleh saya minta email atau cp yang bisa saya hubungi. Ada yang akan ingin saya tanyakan terkait penelitian beliau. Terima kasih.
    Wassalamualaikum.wr.wb

    • Wa ‘alaykumussalaam wa rahmatullaahi wa barakatuh
      Salam kenal juga… 🙂
      Untuk CP, mohon maaf saya kehilangan CPnya sewaktu mengganti HP (lupa belum di-sinkronisai dengan data e-mail). Sekarang Mba Yuli bekerja di STIKes Surya Global Yogyakarta. Monggo main saja ke sana.
      Atau hubungi via FB. Nama akunnya “Yuli Nurullaili Efendi”

Bagaimana Pendapat Anda?